Antara Aceh Dan Teluk Haru
Sejarah hubungan Teluk Haru dan Aceh. Mendengar nama Teluk Haru dalam sejarah Aceh tidaklah asing, sekarang Teluk Haru adalah sebuah kawasan teluk mencakupi kecamatan Pangkalan Susu, Besitang, Sei Lepan, Babalan, Geubang, Dan Pematang Jaya (Serang Jaya) yang berada di bawah kabupaten langkat, Provinsi Sumatera Utara. Namun, terjadi keanehan dalam beberapa tahun terakhir ini. Nama Teluk Haru di google maps berganti menjadi Teluk Ara, entah siapa yang berulah terkait pergantian nama tersebut, namun ada indikasi ada sekelompok golongan yang ingin menghilangkan jejak sejarah tentang Teluk Haru.
Kembali ke pembahasan sejarah, nama Teluk Haru sendiri mulai muncul dalam beberapa sumber sejarah Aceh, ada beberapa peristiwa penting dalam sejarah Aceh yang ada dan terjadi di Teluk Haru.
Antara Aceh Dan Teluk Haru |
Antara Aceh Dan Teluk Haru
Perang Kesultanan Samudera Pasai Melawan Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1350 M, kerajaan Majapahit di pulau Jawa yang membawa ajaran agama Hindu begitu berhasrat untuk memperluas kekuasaannya di seluruh wilayah nusantara, termasuk pulau sumatera. Pada saat itu kerajaan Samudera Pasai di semenanjung utara pulau sumatera (sekarang wilayah Aceh Utara) berkembang begitu pesat dalam segala bidang khususnya penyebaran agama Islam. Merasa lebih superior dibandingkan kesultanan samudera pasai, disusunlah siasat perang untuk menaklukan kesultanan samudera pasai oleh kerajaan majapahit dipimpin mahapatih mereka yang terkenal dengan sumpah palapa yaitu gajah mada. Mendengar kabar akan diserang oleh pasukan kerajaan majapahit yang di pimpin oleh gajah mada, maka kesultanan samudera pasai yang saat itu di pimpin oleh sultan zainal abidin I, segera bersiap melakukan perlawanan. Kesultanan samudera pasai segera melobi kerajaan lain yang berada di bawah pimpinannya seperti kerajaan Haru (aru), kerajaan temiang dan kerajaan pereulak untuk bersama-sama bersatu melawan serangan pasukan majapahit yang dipimpin langsung oleh mahapatih gajah mada. Pasukan koalisi pimpinan samudera pasai ini bermarkas di Teluk Haru sekarang. Pada saat pasukan majapahit tiba di kawasan Teluk Haru, mereka pertama kali sampai di pulau kampai, itulah asal usul penamaan pulau kampai tersebut, yaitu lokasi pertama kali pasukan Majapahit sampai. Setelah itu pertempuran terus terjadi dan semakin meluas, sampai ke daerah serang jaya. Asal mula penamaan serang jaya (sekarang pematang jaya) berawal pada saat pasukan koalisi samudera pasai melakukan serangan kepada pasukan majapahit setelah sholat subuh dan serangan itu berhasil memukul mundur pasukan majapahit sampai ke besitang sehingga diambil menjadi penamaan awal besitang, yaitu pasukan majapahit berbaju besi datang, jadilah disingkat besitang hingga sekarang. Lalu pertempuran terus meluas sampai ke kawasan Manyak Payet, sehingga penamaan awal kecamatan Manyak Payet diambil dari nama maja pahit, dan jadi Manyak Payet hingga sekarang. Di pertempuran di Manyak Payet ini, pasukan Majapahit kalah ditandai dengan tewasnya mahapatih atau panglima mereka yaitu Gajah Mada, dan badan Gajah Mada dimakamkan di Manyak Payet sedangkan kepalanya di bawa pulang ke Majapahit.
Makam Raja Muda Kesultanan Samudera Pasai, Meurah Abdullah Malik Al Mansyur
Di kawasan perairan Teluk Haru tepatnya di pulau Kampai terdapat dua makam yang panjangnya kurang lebih 7 meter, dan jika dilihat dari bentuk nisannya, di pastikan makam tersebut adalah makam yang berasal dari Kesultanan Samudera Pasai Atau Kesultanan Aceh Darussalam. Menurut salah seorang tokoh masyarakat setempat yang bernama Ibrahim, makam tersebut adalah makam dari anak kedua Sultan Malik As Shalih, yang mana anak pertama bernama sultan Muhammad Malik Az Zahir yaitu sultan kedua Samudera Pasai. Menurut Ibrahim, meurah Abdullah malik al mansyur (adik dari sultan Muhammad malik az zahir) sebelum wafat beliau merantau ke kawasan Teluk Haru atau lebih tepatnya di pulau kampai, sampai meninggal dan di makamkan disana dan makam panjang tersebut adalah makam beliau. Namun dari peneliti Aceh sendiri belum melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan makam tersebut adalah makam siapa. Karena jika merujuk dari bentuk nisan makam tersebut adalah dari masa Aceh Darussalam.
Lokasi Perang Kesultanan Aceh Darussalam Melawan Portugis (Syahidnya Sultan Mansyur Syah (Ayah Sultan Iskandar Muda)
Menurut catatan silsilah dan beberapa sumber, ayah Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Mansyur Syah Bin Sultan Abdullah Bin Sultan Alauddin Riayatsyah Al Qahar Bin Sultan Ali Mughayat Syah. Saat menjadi sultan di Haru, beliau syahid ketika melawan portugis dan di semayamkan di pulau kampai, namun kepastian makam beliau masih belum di ketahui, kemungkinan besar adalah salah satu dari makam panjang yang di pulau kampai. Sampai kini belum ada jawaban pasti.
Jika melihat bentuk nisan tersebut lebih mirip ke corak Aceh Darussalam.
Raja Muda Aceh Di Haru
Haru adalah kawasan penting di selat Melaka, karena selat melaka adalah jalur laut tersibuk pada masanya, oleh karena itu kesultanan Aceh Darussalam harus bersungguh-sungguh dalam menjaga keamanan wilayah tersebut dari ancaman luar seperti portugis, Belanda maupun Inggris. Ada beberapa orang yang menjadi raja muda Aceh di haru:
1. Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar bin Sultan Ali Mughayat Syah.
(ada sebuah makam di pedalaman besitang, berjarak sekitar 40 km dari pulau kampai merupakan makam dari sultan Abdullah)
2. Sultan mansyur syah (ayah dari sultan Iskandar Muda).
3. Raja sulaiman syah bin Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar bin Sultan Ali Mughayat Syah.
4. Raja Mahmud syah bin raja sulaiman Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar bin Sultan Ali Mughayat Syah.
Tuanku Hasyim Bangta Muda Menjadi Wali Sultan Aceh Di Kawasan Sumatera Timur
Nama tuanku hasyim bangta muda tentu tidak asing bagi masyarakat kesultanan Aceh Darussalam. Pada tahun 1858 beliau diangkat menjadi wali sultan di Sumatera Timur. Untuk mempertahankan wilayah ini, dia mendirikan basis pertahanan di kawasan Pangkalan Susu sekarang dan berpusat di pulau kampai yang merupakan kawasan Teluk Haru. Pulau kampai dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi basis pertahanan yang kuat untuk menghadang gempuran musuh. Namun beliau tidak syahid di Teluk Haru, beliau kembali ke Aceh dan memimpin beberapa perang melawan belanda sehingga nama beliaupun sangat disegani belanda.
Makam panjang yang ada di Pulau Kampai memanglah belum bisa di pastikan makam dari ayah Sultan Iskandar muda, namun kemungkinan nya sangat besar dan penulis meyakini itu, karena bentuk nisan tersebut adalah dari kesultanan Aceh Darusslam dan beliau juga syahid di laut pulau kampai saat melawan portugis. Begitupun dengan makam sultan Abdullah yang ada di pedalaman besitang, kemungkinan besar itu juga adalah makam dari sultan Abdullah ayah dari Sultan Mansyur Syah, karena di kawasan haru tidak ada lokasi makam lain bernama Sultan Abdullah selain makam itu dan pastinya juga karena menggunakan nisan Aceh.
Antara Aceh Dan Teluk Haru
Antara Aceh Dan Teluk Haru |
Perlu di pertegas disini, yang menggunakan nisan Aceh itu hanya bisa dari golongan keturunan atau utusan sultan Aceh untuk di wilayah luar Aceh, maka akan sangat keliru jika mengatakan makam-makam bernisan Aceh adalah makam dari orang-orang haru yang di bantai oleh Aceh seperti pendapat dari beberapa masyarakat Haru sendiri. Semenjak masuknya belanda melalui Cristian Snouck Horgronje, banyak sejarah terkait Haru dan Aceh di kaburkan sehingga keliru. Bahkan jika kita lihat sekarang masyarakat kawasan Haru sendiri kebanyakan tidak tahu bagaimana sejarah Kesultanan Aceh Darussalam di kawasan mereka. Dan sekali lagi, sayangnya sejarah yang beredar di kawasan Haru ini sudah sangat kabur, karena semua literature yang dibuat oleh masyarakat Haru sendiri dibuat pada masa belanda, sehingga pastilah keliru tujuan belanda tidak lain adalah memecah belah seperti yang telah dilakukan di berbagai wilyah nusantara lainnya. Kurangnya ada penelitian dan kerjasama antara peneliti sejarah Aceh dan Sumut menyebabkan kekeliruan sejarah ini terus berlanjut hingga ke generasi berikutnya. Bahkan untuk wilayah Aceh sendiri bisa kita perhatikan sejarah masih terdapat beda pendapat antara yang meneliti melalui media nisan dengan zuriat (keturunan) yang memegang data dari lehuhurnya. Mari semua lurus, bekerja sama dan berdiri pada satu tujuan demi kebenaran sejarah Aceh.
Mari diskusi dan sampaikan pendapat dan pengetahuan secara sehat dan sopan, jika ada yang lebih paham dan penyampaian ini salah, silahkan di perjelas dengan cara sopan.
Sumber: Beberapa buku dan data sejarah.
Oleh: (TML)
0 Response to "Antara Aceh Dan Teluk Haru"
Post a Comment